dhammayatra ketanah suci buddha
Carilah ilmu sampai kenegeri china ungkapan itulah yang selalu terlontar dari para sesepuh kepada juniornya,dari para guru kepada muridnya dan dari para orang tua kepada anak-anaknya. nasehat terbaik bagi para cendikiawan-cendikiawan yang terus berjuang dibangku sekolah,tapi lain halnya bagi saya, saya ingin membuat sebuah ungkapan baru yang mewakili baground spiritualitas saya sebagai seorang buddhisme bagi saya, saya lebih senang kalau ungkapan itu berbunyi “carilah ilmu sampai kenegeri india” bukan karena negara india terkenal dengan tariannya, bukan karena india terkenal dengan film-film bholliwoodnya namun karena india terkenal bagi umat buddha adanya sejuta saksi bisu lahirnya ajaran kebenaran sang bhagava.
bukan suatu hal yang tidak mungkin tercapai jika kita mau bercita-cita dan tidak ada hal yang tidak mungkin jika kita mau berusaha itulah sebuah ungkapan baru yang ku peroleh 4 minggu yang lalu ketika terbukti kalau cita-cita besar dilubuk hati kecilku akan segera dapat terealisasi setelah melewati 3 (tiga) tahapan seleksi dharma widya (SELEKSI TELKOMSEL IBADAH) dan dinyatakan bahwa saya adalah salah satu dari 10 umat buddha yang lolos seleksi dan berhak mengunjungi tempat-tempat suci agama buddha. Dari TELKOMSEL pula memberikan kesempatan kepada saya untuk mengunjungi beberapa negara lain yang masih ada hubungannya dengan perkembangan agama buddha yaitu negara india, nepal, thailand, dan china.
Hari demi hari terus berlalu dan berbagai rintangan tak henti mengahalau rencana perjalanan suci yang akan saya laksanakan, Walau seribu rintangan menghalau namun saya percaya kalau memang karma baik saya telah mengkondisikan saya berangkat maka pasti saya akan berkunjung ketempat suci buddha. Berkat dukungan karma baik akhirnya sayapun berangkat bersama seorang teman yang memang berjasa membantu saya dalam pembuatan paspor yaitu Adi kurniawan.
Ehipassiko inilah yang tersirat dalam benak saya karena selama ini saya di STAB Kertarajasa telah memperoleh teori dan berbagai cerita mengenai tempat-tempat bersejarah bagi agama buddha ini,
Perjalanan suci ini kami awali dengan mengunjungi jetavana arama dimanaa vihara yang terdapat ditempat itu merupakan persembahan seorang saudagar gaya yang bernama anatapindika (sudata) , yang menurut sejarah bahwa ditempat ini lah dahulu sang buddha menghabiskan paling banyak waktunya dan ditempat ini juga terdapat ghanda kuti yang merupakan kuti sang buddha, damai dan bahagia mengiringi langkah kecilku menyusuri setiap puing bangunan yang tersisa karena termakan oleh zaman, namun satu hal yang saya percaya bahwa dhamma tidak akan lekang oleh waktu walau bangunan saksi bisu lahirnya kebenaran telah tiada. Tepat didepan jetavana arama ada sebuah vihara yang masih menyimpan relik suci sang buddha.
Seiring berputarnya waktu perjalanan kami berlanjut ke kapilavastu dimana terdapat kerajaan besar dan menjadi saksi bisu besarnya seorang pangeran yang kelak menjadi guru para dewa dan manusia. Saya lemparkan pandangan keberbagai penjuru tempat itu, sekilas dapat saya bayangkan betapa megahnya kerajaan itu dimasa lampau walaupun kini yang tersisa hanyalah pondasi-pondasi bangunan yang berdiri kokoh kira-kira setinggi 3 meter. Lingkungan yang masih asri dan lumayan terawat bila saya bandingkan dengan jetavana arama, dihalaman belakang terdapat 1 kolam yang cukup luas..dan dengan ditumbuhi beberapa jenis teratai menambah keindahan taman kerajaan kapilavastu sehingga semakin membuat imajinasiku kembali ke 2500 tahun silam.
Mentari bersinar mengiringi perjalanan rombongan “TELKOMSEL IBADAH” melanjutkan perjalanan ke tempat KELAHIRAN SIDDHARTA GAUTAMA di negara nepal tepatnya ditaman lumbini, bis bernomor polisi india itu melaju melewati perbatasan darat saunali india-nepal walau beberapa saat terhenti untuk pemeriksaan paspor para wisatawan asing yang melancong kenegara bermata uang rupee nepal itu. Setelah melewati perjalanan sekitar 8 jam dari negara india kenegara nepal akhirnya kira-kira pada pukul 17.00 waktu setempat rombongan tiba ditaman lumbini tempat kelahiran pangeran sidharta. Memasuki areal taman kami sudah disambut oleh para pedagang yang menjajakan beraneka cindera mata bernuansa buddhis, suasana ditempat suci itu tidak jauh berbeda dari tempat-tempat bersejarah sebelumnya puing bangunan cetya dan pilar asoka tanpa patung singa tetap berdiri kokoh membuktikan betapa bersejarahnya tempat tersebut. Sebuah bangunan masih tetap berdiri utuh meski saya tidak yakin bangunan tersebut berumur ratusan tahun namun yang saya saksikan adalah didalam bangunan berbentuk persegi tertutupi oleh kaca itu terdapat beberapa telapak kaki kecil yang disinyalir sebagai telapak kaki bodhisatta yang berjalan sebanyak tujuh langkah ketika terlahir dari kandungan ratu maha maya.
Pada hari kelima rombonganpun berangkat menuju Maha Parinibhana Temple tempat dimana Sang Buddha mencapai Maha Parinibbana, suasana hening dan penuh kedamaian ketika berada ditempat itulah yang saya rasakan , bila saya bandingkan dari beberapa tempat suci yang saya kunjungi sebelumnya maka tempat inilah yang paling memiliki getaran yang luar biasa, rupang buddha sleeping membuat pikiran saya berimajinasi ke masa lalu dan menimbulkan rasa sedih yang mendalam, bahkan beberapa rekan satu rombongan TELKOMSEL sempat menitikkan air mata karena tak kuasa menahan kesedihan ketika mengenang peristiwa lampau perginya yang sang bhagava menuju kesempurnaan dan meninggalkan sejuta ajaran kebenaran. Pada hari yang sama perjalanan kami berlanjut ke Ramabhar Stupa, dimana ditempat itu terdapat stupa yang menandakan bahwa ditempat itulah sang tathagata dikremasikan . dari kejauhan telah terlihat megahnya tumpukan batu bata berwarna merah yang disusun dengan indah berbentuk stupa,namun karena 2500 tahun telah berlalu maka kini bentuk stupa tersebut telah tidak beraturan dan hanya menyerupai gundukan batu bata, namun hal itu bukan suatu alasan untuk tidak menaruh rasa hormat akan tempat bersejarah itu . berselang beberapa jam perjalanan berlanjut ke Vaisali dimana ditempat inilah kita dapat melihat satu-satunya Pilar Ashoka yang masih berdiri dengan kokoh meski bangunan disekitar pilar tersebut hanya tersisa pondasi dan puing semata. Sebuah pilar ini berdiri kokoh dengan patung singa duduk perkasa menatap kearah selatan.
Mentari bersinar seolah menyambut kehadiran kami di Gridhkut atau yang lebih dikenal dengan sebutan bukit burung nasar dimana tempat ini diceritakan bahwa dewadatta mencoba membunuh sang buddha dengan cara menggelindingkan batu besar dari puncak bukit, namun karena sang buddha seorang yang suci guru para dewa dan manusia serta sudah tidak ada karma buruk yang mengkondisikan beliau bisa terbunuh ketika itu maka harapan dewadatta tidak tercapai namun hanya bisa sedikit melukai kaki sang buddha.
Setelah lelah mendaki dan menuruni bukit burung nasar perjalanan suci kami mengarah ke Nalanda, menurut catatan sejarah bahwa universitas nalanda ini merupakan universitas agama buddha terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah. Menyusuri reruntuhan bangunan megah ini membuat setiap orang yang berkunjung kesana akan berdecak kagum karena walaupun telah dibakar namun bangunan masih berdiri kokoh sekitar 3-5 meter… diceritakan bahwa keseluruhan bangunan baru habis dibakar oleh para pasukan negara penganut agama………. dalam waktu 3 bulan.
Enam hari telah berlalu, menyusuri sepanjang jalan negara india yang masih kurang rata dan banyak yang bergelombang sana sini, “india negara yg masih berkembang dan termasuk negara yang kurang mapan” kalimat ini banyak menghiasi pembicaraan para peserta TELKOMSEL IBADAH ketika menghabiskan waktu diatas bis pariwisata berwarna putih itu. Kira-kira pada pukul 09.00 waktu setempat rombongan tiba di tempat suci yang sangat bersejarah yaitu Bodhgaya. Diantara tempat suci yang menjadi sejarah lahirnya ajaran kebenaran, Bodhgaya merupakan tempat yang paling terawat dan mempunyai tingkat artistiktur terindah. Dari kejauhan sebuah bangunan besar sudah nampak menjulang tinggi dan menyiratkan betapa bersejarahnya tempat itu, memasuki pintu gerbang Maha Bodhi temple para umat buddha dari berbagai penjuru dunia telah ada memadati tempat suci ini, berbagai bentuk penghormatan kepada sang buddha bisa kita saksikan ditempat ini mulai dari melakukan namaskara, bersujud sampai merebahkan seluruh tubuhnya kelantai sepanjang hari,membaca paritha , hingga ada yang melakukan pradaksina (berjalan memutari Maha Bodhi temple) berbagai bentuk tingkah laku yang dilakukan tersebut adalah suatu bentuk penghormatan kepada sang tathagatha dan perbedaan yang kita lihat dari ritual mereka menghormat menyiratkan mereka berasal dari berbagai sekte.
Bila kita melangkah memasuki Maha Bodhi temple dibagian dalam terdapat Buddharupam yang berukuran cukup besar dan ruangan didalam tidak pernah lengang karena umat buddha selalu datang silih berganti untuk memberikan penghormatan kepada Sang Bhagava, jika kita menyusuri bangunan Maha Bodhi temple maka kita akan disuguhi berbagai relief bergambar buddha sedang bermeditasi. Tepat dibelakang Maha Bodhi temple terdapat pohon bodhi yang merupakan tempat pertapa sidharta mencapai penerangan sempurna, tetapi diceritakan bahwa pohon bodhi yang sekarang ada disana bukan pohon bodhi yang asli sejak zaman sang buddha namun pohon bodhi yang didatangkan dari myanmar namun merupakan masih keturunan pohon bodhi yang asli, digantinya pohon bodhi tersebut oleh karena faktor usia yang sudah begitu lama sehingga tidak memungkinkan pohon bodhi itu bertahan hidup. Masih disekitar Maha Bodhi temple kita bisa menikmati perjalanan rohani dengan melihat ratusan stupa yang berjejer seolah mengingatkan kita bahwa pikiran kita harus dilatih untuk mencapai 1 tujuan pasti yaitu nibbhana, selain itu masih ada tujuh tempat bersejarah disekitar itu yaitu dimana sang buddha tetap bermeditasi selama tujuh minggu setelah mencapai penerangan sempurna salah satunya yang hingga kini nampak jelas dan terdapat rupam buddha yang dipayungi oleh seekor ular bernama muchalinda.
Perjalanan terakhir kami di buddhis sector india dengan berkunjung ke Sarnath atau yang lebih dikenal dengan sebutan Taman Rusa Isipatana. Di tempat ini ada sebuah bangunan yang megah yaitu sebuah setupa dengan tinggi kira-kira 15 meter menjulang tinggi keangkasa memberikan sebuah pernyataan bahwa ditempat inilah untuk pertama kalinya Sang Buddha membabarkan Dhamma-nya kepada lima orang pertapa yang terpilih dan merupakan sahabat seperjuangan pertapa sidharta ketika beliau masih mencari jalan kebenaran melewati dua jalan ekstrim. Ketika kami tiba ditempat ini suasananya tidak begitu seramai Maha Bodhi temple ditempat ini pula tidak terdapat vihara untuk melakukan puja bakti jadi rombongan melakukan puja bakti didepan stupa tersebut dilapangan terbuka
Selama 8 hari kami menyusuri seluruh tempat-tempat yang berkaitan dengan lahir dan berkembangnya ajaran buddha, menyusuri jalan tol dan jalan perkampungan negara india serta nepal menyaksikan peradaban mereka yang cukup tertinggal dan situasi lingkungan masyarakat di india yang tanpa ada istilah “kebersihan pangkal kesehatan” , sebagai umat buddha saya sangat bersyukur bisa bisa terlahir di negara indonesia yang indah dan mengerti akan makna sebuah kebersihan.
Semua dapat saya capai karena atas jasa dan kebaikan hati TELKOMSEL berkat program SELEKSI TELKOMSEL IBADAH saya bisa merealisasi cita-cita saya, kedua orang tua, Bpk. Prasetya selaku donatur saya, dan para dosen STAB Kerjarajasa yang telah memberikan saya pemahaman dhamma yang luar biasa serta memperkenankan saya untuk meninggalkan bangku perkuliahan selama 2 minggu, para mahasiswa STAB kertarajasa yang selalu mensuport dan mendukung saya, dengan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya .
Terlahir sebagai umat buddha mengerti akan dhamma bisa mengunjungi tempat suci agama buddha itulah kebahagiaan yang tak ternilai, serta dapat mempraktekkan dhamma hingga dapat merealisasi nibbana itulah harapan kita semua… sadhu..sadhu..sadhu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar